KELUARGA BESAR SMA CEPIRING....MENGUCAPKAN

KELUARGA BESAR SMA CEPIRING....MENGUCAPKAN

31 July 2007

Pemilihan Wakasek SMA Cepiring

Assalamualaikuym wr. wb.
Sebuah budaya baik yang terjadi di SMA Cepiring adalah bahwa setiap tahun pada akhir tahun pelajaran diselenggarakan pemilihan salah satu wakasek di lingkungan kerja SMA Cepiring. Untuk tahun ini yang harus lengser dan meninggalkan tugas karena masa kerjanya sudah sama dengan atau lebih dari 4 tahun adalah ibu sulasih sebagai wakasek humas. Yang berhak untuk dicalonkan/mencalonkan diri adalah semua warga sekolah dengan kriteria guru, telah berstatus PNS dan meiliki massa kerja > dari 3 tahun.
Pada pemilihan kali ini langsung diselenggarakan dengan votting dengan sistem one man one vote, 15 anggota keluarga SMA Cepiring memilih ibu Endang Suryawati, S.Pd. untuk mengantikan posisi bu Sulasih, semetara saingan terberatnya datang dari pak Siswanto yang memperoleh 9 perolehan suara, sementara untuk yang lainnya memiliki angka perolehan (tobe continued)

22 July 2007

Photo-photo MOS 2007



Assalamualaikumwr.wb.
Ada yang beda pada MOS SMA Cepiring tahun ini, Jika pada tahun- tahun yang lalu, hampir semua atribut perploncoan seperti topi besek, tas kresek, dan dengan segala pernak-perniknya sudah tidak tampak lagi. Kegiatan MOS juga lebih banyak didominasi oleh para fasilitator dari dewan guru dengan menyajikan materi MOS yang telah digariskan oleh dinas P & K Kabupaten Kendal, terdapat juga materi-materi yang memang dirasa perlu disampaikan atau materi titipan yang disisipkan pada kegiatan tersebut, diantaranya adalah terdapatnya materi kurikulum SMA Cepiring,Outbond dan Pencegahan Penggunaan Narkoba. Kalau pada tahun-tahun sebelumnya setiap hari terdapat materi seni gembira yang diisi oleh kakak-kakak kelas dari OSIS, pada tahun ini materi tersebut ditiadakan karena membuka peluang untuk terjadinya praktek-praktek perploncoan. Materi Sumber belajar disampaikan dalambentuk praktek langsung pada materi pengenalan perpustakaan, pengenalan laboratorium dan internet.
Dokumentasi dari kegiatan tersebut dapat di simak pada photo-photo berikut

PPD SMA CEPIRING, LOOOOH....KOK GITU YA......

Assalamualaikum wr.wb
Tak ada gading yang tak retak, tapi kalo kebanyakan retaknya hancur dong....., barangkali keadaan tersebut cukup tepat untuk menggambarkan keberadaan PPD di SMA Cepiring. Tak sangkal lagi bahwa rekrutmen peserta didik adalah hal penting yang menjadi pijakan bagi peningkatan mutu sebuah lembaga pendidikan. Kualitas input siswa ini akan sangat mewarnai keberadaaan sekolah palingtidak untuk tiga tahun kedepan. Jika sistem penerimaan yang diterapkan cukup dapat dipertanggungjawabkan, maka hasil kerja team panitia ini paling tidak akan ternikmati untuk 3 tahun mendatang. Ketika siswa-siswa tersebut menjalani pendidikannya di SMA Cepiring. Terlepas dari keberadaan proses kelulusan siswa SMP saat ini yang saratakan "pertanyaan". Ternyata proses PPD yang terjadipun sangat-sangat memprihatinka. Tercatat beberapa hal yang perlu dicermati dan barangkali dapat menjadi evaluasi bagi kinerja pada tahun berikutnya. Diantaranya adalah :
  1. Transparansi Journal Harian, journal harian yang terpampang setiap harinya sepertinya kurang dapat memberikan informasi yang cukup bagi setiap calon siswa untuk mensikapi keberadaannya di peringkatan yang menjadi dasar penerimaan peserta didik ini. Jurnal hanya muncul 1 kali dalam 1 hari, termasuk pada hari terakhir. Belum lagi kasarnya rentang penskoran yang menyebabkan kegamangan bagi calon yang berada pada posisi kritis untuk mencabut berkas, atau meyakini berada padaposisi aman.
  2. Passing grade yang tidak jelas, akibat langsung dari sistem journal yang kurang transparant ini adalah hasil akhir perangkingan yang tidak memunculkan passing grade yang jelas, sehingga memungkinkan manipulasi nilai dan jumlah peserta di terima difihak panitia.
  3. Jumlah Siswa diterima lebih banyak dibanding siswa yang daftar ulang, sampai hari terakhir pendaftaran ulang, jam 12.00 WIB, jumlah calon peserta didik yang sudah dinyatakan lolos dalam pengumuman dan mendaftar ulang untuk loket1 ada 80 peserta, dan di loket 2 ada 56 peserta, yang artinya dari 160 jatah kursi yang tersedia masih terdapat kursi kosong 24 (lebih dari setengah kelas). Demikian juga dari data pendaftar ulang untuk jalur PMDK, dari 80 peserta yang dinyatakan diterima hanya 64 orang saja yang sudah mendaftar ulang berarti akumulasi kursi kosong seharusnya ada 40 siswa,atau tepat 1 kelas.
    Pertanyaannya tentulah, jika pada waktu MOS terdata 240 siswa, 40 orang siswa ini masuk dengan jalur seleksi apa?, dan jika jalur khusus berharga minimal 1 juta, maka paling tidak ada 40 Juta uang tanpa alamat yang masuk ke sekolah.
  4. Adanya pendaftar yang menggunakan photokopi SKHU dinyatakan di terima, pada hari kedua pendaftaran, di loket 2, petugas menemukan adanya calon siswa yang mengumpulkan kelengkapan berkas SKHU asli, dan setelah dikonfirmasi ternyata yang bersangkutan memang mendaftar dengan menggunakan SKHU photokopian, kok bisa ya..., padahal kesepatan dan di papan pengumuman jelas tertulis bahwa pendaftar yang menggunakan SKHU photokopian tidak akan dirangking, yang artinya tidak mungkin dapat di terima.
    Kalau kejadiannya seperti ini, tanpa mencoba mencari kambing hitam permasalahan, proses penangannya harus bagaimana. Untuk di gagalkan tentunya tidak mungkin, karena yang bersangkutan mendapatkan amplop yang berisi pernyataan diterima, dan namanya terpampang di papan pengumuman. Jika tetap di terima, terus bagaimana dengan nilai fairnest yang harusnya dijunjung tinggi dalam pelaksanaan tugas.
    Ya sudah....... terima saja akhirnya, dengan harapan semoga tidak ada siswa yang tidak diterima kemudian protes.
Tanpa bermaksud menyalahkan siapapun dalam pelaksanaan PPD kali ini, sepertinya keadaan menjadi semakin kacau, entah ini dapat terbaca oleh masyarakat atau tidak. Yang jelas hal-hal seperti ini sebaiknya tidak untuk terulang pada PPD tahun berikutnya. AMIN
Wassalam

07 July 2007

PPD 2007, lulusan smp/mts sekarang pinter-pinter ya...???


Assalamualaikum wr. wb.
Penerimaan siswa baru (PSB) tahun pelajaran 2007/2008 berganti nama dengan PPD (Penerimaan Peserta Didik), Hmm..., sebenarnya apa sih esensi dari perubahan nama ini kalau yang praktek-praktek yang terjadi tidak memberikan makna pada perubahan yang positif. (atau penulis saja yang masih belum tahu arti perubahan yang terjadi ini)
Terserah dah mau PSB atau PPD sepertinya ada kerisauan ketika awal tahun pelajaran di mulai dengan penerimaan siswa seperti ini. Terlihat jelas raut muka tegang dari pendaftar dan terutama adalah orang tua pendaftar. Berbondong-bondong siswa harus memiliki kompetensi lari cepat yang cukup memadai untuk mensikapi perubahan jurnal yang terjadi setiap jam. Kapan waktu harus mencabut, dan kapan harus membiarkan SKHU tetap berada di sekolah tertentu. Alhasil pada hari-hari terakhir pendaftaran terlihat kesibukan yang yang intens di setiap sekolah untuk mendapatkan kursi sesuai dengan "kemampuannya". Papan pengumuman jurnal selalu dipenuhi oleh lulusan sltp dan orang tuanya beserta diskusi yang muncul kjarenanya. Banyak sekali orang tua siswa yang notabene memiliki kapasitas pendidikan yang beragam bingung dalam memaknai pengumuman tersebut, sehingga harus ada yang menjelaskan. Dan parahnya seringkali yang menjelaskanpun kurang tahu tentang makna jurnal yang dipampangkan, terlebih sering kali jurnal yang dipasang dengan rentang teramat lebar sehingga sukar untuk memprediksi keberadaan "aman/tidaknya" calon siswa (atau barng kali ini meng disengaja oleh setiap sekolah untuk mengkabuirkan informasi).
Hal lain yang perlu di catat pada pelaksanaan PPD tahun ini adalah tentang nilai yang dihasilkan pada pelaksanaan ujian nasional SLTP tahun ini. Cukup banyak nilai-nilai tinggi ( jumlah NEM >25) yang berasal bukan dari sekolah berkualitas, justru dari sekolah yang cukup diragukan kehandalannya, dan ketika dikonfirmasi kepada siswa yang bersangkutan, dengan lugu calon siswa ini menjawab bahwa hasil tersebut adalah hasil kerjasama dengan rekan-rekannya pada waktu ujian (mungkin juga kerjasama dengan gurunya kali ya..... hihihihihi.....).
Trus piye jal....., pada satu sisi penerimaan ini sangat menentukan kualitas sekolah untuk angkatan tersebut namun pada sis lain kita tidak dapat berbuat banyak karena memang peraturan/juklak yang dikeluarkan tidak memberikan ruang gerak bagi penerimaan yang lebih terjamin validitasnya.
Terlebih jika mensikapi atau melihat gejala banyaknya siswa "titipan". Sungguh sangat ironis karena hal ini jelas-jelas bertentangan dengan aturan main, namun justru sumber "titipan" ini justru dari jalur birokrasi vertikal, yang menyebabkan hampir setiap kepala sekolah tidak mampu untuk mengatakan "tidak".
Mensikapi hal tersebut tidakkah mungkin dicoba untuk membuat sistem baru PPD yang memang dapat dipertanggung jawabkan scara moral dan memiliki fairnest yang cukup tinggi, sehingga siswa yang memiliki kemampuan cukuplah yang berkelayakan untuk dapat diterima dan mendapatkan fasiltias sesiuai dengan kemampuannya.
Beberapa alternatif barangkali bisa ditawarkan seperti misalnya penerimaan terpusat seperti yang dilakukan disekolah-sekolah kota (mis. semarang, jakarta), atau berikan otonomi kepada sekolah untuk membuat sistem penerimaan yang sesuai dengan sekolahnya masing-masing, seperti misalnya melakukan test penerimaan, selain mempertimbangkan hasil ujian nasional seperti yang terjadi sekarang ini.
Ah ..., mbak porah...., sing penting urip.......
trus mau dibawa keman pendidikan kendal ini....., jika kejujuran sudah tidak laku lagi, katanya kejujuran adalah mata uang yang berlaku dimana saja..., kok kita enggak ya...., mungkin salah kali ya peribahasa tersebut. salam buat pak utomo